Kamis, 07 April 2011

Transisi untuk Sebuah Visi dan Misi yang Hakiki

Tulisan ini saya persembahkan untuk mereka yang merasa kurang PeDe terhadap apa yang diamanahkan kepada mereka,
Yah meski sebenarnya yang bikin catatan juga kurang PeDe terhadap apa yang diembannya, tetapi kita sama2 belajar dan saling menguatkan. Tak dapat dipungkiri, si penulis ini pun mendapatkan inspirasi untuk membuat catatan ini dari pengalamannya sendiri, jadi, bukan sembarang catatan. Kemudian dalam forum milik saya ini, diharapkan para peserta aktif, artinya ketika saya tanya maka Anda menjawab, dan ketika saya minta, Anda melaksanakan, *duessszzz* oh ini bukan acara training ya??*baru sadar. Oke kali ini betulan, diharapkan nanti para pembaca untuk aktif mengirimkan komentarnya, baik tanggapan, sanggahan, kritikan, tambahan, bahkan makanan (lha?), karena apa2 yang ditulis di note ini hanya berasal dari satu sudut pandang dan tidak semuanya benar, kesamaan nama, tempat dan yang lainnya hanya fiksi belaka (hhe).
Baik lah ... let’s check it out ....................................................

**mulai diiriingi surat ArRahman ...
Teruntuk mereka yang menjadi poros sebuah barisan, yang menjadi tempat semua kebingungan tercurah untuk dimintai jawaban bahkan pertanggungjawaban, percayalah, all gonna be OK.
Teruntuk mereka yang merasa bingung mengapa dirinya yang terpilih menjadi poros itu, sungguh, semua ini bukanlah sesuatu yang main-main.
Teruntuk mereka yang merasa baru pada posisi ini, yakinkan diri bahwa hal itu adalah hal yang tepat
Teruntuk para pengemban amanah ini, bersyukurlah, engkau adalah orang yang beruntung ...

. . . . . . .

Jika dipikir-pikir maka hal ini tidak akan habis dipikir apalagi jika hanya sekali pikir. Di dunia ini, semua orang memiliki potensi untuk menjadi koordinator, penanggungjawab, danapalahnamanya, baik itu untuk orang lain, atau bahkan untuk dirinya sendiri. Kalau untuk dirinya sendiri, maka dia wajib menjadi pemimpin. Tetapi, ada saja mereka yang malah kurang percaya diri dengan kemampuan dirinya ketika ditunjuk menjadi koordinator, penanggungjawab, danapalahnamanyaitu (bahkan penulis sempat tidak peracayadirisamasekali dg potensi yang dimilikinya -_-“’).

Tapi tahukah Anda, wahai para kurangPD’r (karena biasanya dalam b. Inggris jika si pelaku pekerjaan maka ditambah “er” atau “r”, contoh worker, teacher), pertama yang akan saya katakan adalah, Anda sangat beruntung.
Mengapa saya katakan demikian ditengah besarnya tujuan yang akan dicapai, karena dari menjadi seorang “poros”lah Anda akan banyak belajar, apalagi jika Anda tipikal orang yang pemalas (seperti penulis ini, nulis ini aja kaya kaga niat -_-“’). Kapan lagi Anda bisa mengexplorasi bahkan mengexploitasi kemampuan Anda jika tidak tidak ada kesempatan ini?? Yah, namun, jika Anda sudah termasuk pemimpin tulen terhadap diri Anda sendiri, maka soal mengeksplorasi bahkan mengeksploitasi itu adalah (mungkin) hal yang biasa untuk Anda, karena ada saja mereka-mereka yang baru akan mengeksplorasi bahkan mengeksploitasi potensinya jika dijadikan pemimpin untuk orang lain (si penulis misalnya). TAPI, ADALAH SEBUAH KESALAHAN BESAR jika Anda langsung berpikiran bahwa Anda tidak bisa melakukannya sebelum Anda mencobanya! SUNGGUH!



Kemudian, ketika Anda menjadi seorang Pemuka (bukan Pramuka ya), Anda, sedikit demi sedikit akan memulihkan diri, memperbaiki diri menjadi lebih baik dari yang dulu, menjadi lebih teratur, dan mandiri, sebab apa, karena Anda akan menjadi contoh bagi orang sekitar Anda. Malu banget dong kalo kita memerintahkan orang untuk membuang sampah pada tempatnya sedangkan kita sendiri malah membuang sampah sembarangan, malu banget dong kalo kita nyuruh orang shalat awal waktu sedangkan kitanya malah lalai shalatnya, super super duper malu banget dong nyuruh teman sekelompok untuk muthalaah ternyata kita sendiri gag muthalaah -__-“’ (pengalaman pribadi.net).
Wah pokoknya gag ketulungan deh malunya kalo kita Cuma NATO, Not Action Talk Only. Namun sebenarnya, hal ini bukan hanya berlaku untuk para poros tadi. Bagi para pentabligh pun hal ini adalah hal yang sangat urgent (penting) dimana mereka selalu menjadi pusat perhatian yang jika sedikit saja berbuat hal-hal yang kurang berkenan maka rusaklah pencitraan seseorang tersebut dihadapan orang lain (meski tidak dapat dipungkiri, para pentabligh itu pun seorang manusia, yang punya banyak sisi khilaf). Oleh karenanya, BELAJAR UNTUK SELALU MENJAGA SIKAP.

Dan apakah Anda tahu, ketika Anda menjadi seorang pemuka, maka niat Anda atas tujuan yang Anda inginkan akan selalu teringat, terngiang, dan terjaga. Apalagi tujuan tersebut adalah tujuan yang sangat mulia. Taqarrub ilallah itu sangat penting untuk menjaga niat tersebut. PERCAYALAH! Bahkan berada di posisi poros ini merupakan posisi yang sangat rentan terhadap pergeseran niat awal jika Taqarrub kita sangat-sangat kurang. Oleh karenanya, kita hanya bisa merencanakan, namun Allah-lah yang menentukan =^^=. Dan penulis pun merasakannya, ketika mulai jarang mengerjakan yang sunnah saja, ada saja yang betingkah ketika dimintai tolong (diluar faktor2 yang memang membuat dia ga bisa bantu). Apalagi sampai yang wajib ditinggalkan, bisa2 gag ada lagi yang mau jadi partner kita -__-“’. Dan teringat kata-kata dari my beloved person (Okaa-san): ingatlah Allah setiap kali kita melangkah, hanya itu. sungguh! Hal itu begitu berat meski kata2nya terdengar begitu ringan -__-“’. Dan, hal tersebut mengajarkan kita untuk membiasakan diri selalu berdzikir, bahwa kita selalu diawasi, dan tidak ada satu pun dari kita yang luput dariNya.

Nah ini nih, sengaja jadi yang agak akhir, yang biasanya dikatakan para motivator, YAKINLAH BAHWA ANDA BISA MENJALANINYA, KARENA ANDA ADALAH ISTIMEWA!
Ya, ketika keyakinan itu sudah mendarah dan mendaging menjadi darah daging (alay!) maka akan terpancar energi positif yang membuat sekitar kita tersebut menjadi termotivasi untuk melakukan hal yang selaras dengan apa yang kita cita-citakan (singkat kata, the law of attraction). Tapi perlu diingat, keyakinan disini bukanlah keyakinan yang setengah2, tetapi keyakinan yang sesungguhnya keyakinan. Apakah sebuah piala kemenangan itu bentuknya bisa setengah? Tidak. Piala tersebut pasti berbentuk utuh untuk mereka yang memenangkannya.

Dan sodara ku, sungguh, untuk mencapai sesuatu itu perlu pengorbanan. Perlu ada yang ditambah atau dikurangi pada diri kita ketika kita bekerjasama dengan yang lain bahkan menjadi poros (pemimpin) bagi mereka. Yang dulunya egois, coba lah untuk mengurangi itu; yang dulunya kurang teliti, belajarlah untuk menambah ketelitian itu; yang perfeksionis, cobalah untuk lebih menghargai; dan yang emosian, cobalah untuk lebih bersabar. Dan sungguh semua itu akan terjalin jika ada satu tujuan, satu pemikiran, satu perasaan serta saling percaya, dan tidak lupa pula kerja sama. Itulah kesinergisan.

Ahh ...
Sodaraku, lepas dari semua yang ditulis ini, percayalah, mereka yang memilih kita sebagai poros tidaklah sembarangan memilih. Pastilah banyak pertimbangannya. Kalaupun kau masih merasa kurang PeDe dengan apa yang dimiliki, cobalah kau tengok sekitarmu, disana ada mereka yang ahli dalam beretorika, berpemikiran yang kritis, kesahajaan yang menenangkan, kesabaran yang menentramkan, memiliki kreatifitas yang tanpa batas, perhatian yang terkadang menyakitkan, bahkan memiliki tekad yang sangat kuat yang selalu mendukungmu. Mereka itulah yang menutupi kekuranganmu. Apalagi yang kurang??
Dan tahukah kau, wahai sodaraku?? Inilah sebuah transisi (perubahan) penggebrak menuju visi dan misi yang hakiki ....


*Sebuah persembahan terakhir untuk semuanya yang menjadi pemuka atau yang akan menjadi pemuka di “sarang semut” ...
Dan maaf, saya kurang suka menuliskan pemimpin, makanya diganti menjadi poros, atau pemuka, meski kata2nya jadi cukup aneh, tapi itulah saya, penuh dengan keanehan :p

04 April ’11, 10.12 pm, di malam yang sunyi diiringi surah Arrahman yang diulang berkali ...*

Minggu, 27 Februari 2011

Kau Kini Berbeda TAPI Tidak Berubah



Sejenak termenung dan kembali teringat bait-bait salah satu soundtrack anime yang udah diterjemahin;

“biarpun usang, biarpun hancur, aku pastikan bangkit lagi, karena aku cyborg yang baik.
Tak akan kalah tak akan takut, aku tak akan menyerah, akulah cyborg berhati baja.
Biarpun terkadang aku merindukan masa lalu, kehidupan kucing yang penuh kebebasan.
Jatuh cinta dan berkhayal, tidur siang dengan santainya, masa itu ....
Tetapi demi menjaga kakek dan nenek, juga melindungi teman-temanku, akan ku tembakkan meriam kebenaran ......”


Nah, apa hubungannya?? Msh blm sadar??
Sbenarnya anime ini bercerita tentang seekor kucing yang diubah menjadi cyborg trus tinggal sama kakek dan nenek. Tapi bukan itu yang akan kita bahas.

Yapz., bagi mereka yang baru dalam dunia “persilatan” ini, yang semangatnya masih menggebu-gebu, atau bahkan mereka yang sedang jatuh ke dalam “jurang” dan sedang mencoba untuk bangkit kembali, mungkin dengan bait-bait lagu ini sedikitnya bisa memberikan sebuah inspirasi untuk tetap berada di jalur yang semestinya.

Dan hal ini mengingatkanmu pula terhadap apa2 yang telah terjadi pada dirimu. Sperti pada lirik itu –tidak dapat dipungkiri– bahwa kau pun terkadang teringat dengan masa lalu yang jauh berbeda dengan masa yang sekarang kau jalani. Dulu kau masih sempat untuk tidur siang, bahkan rutin. Tidur di malam hari dengan nyenyaknya dengan dihiasi mimpi2 yang indah. Dulu waktu bersantaimu sangat panjang bahkan kau sampai bosan gara2 saking santainya. Dulu kau hanya menjalani kehidupan sperti mengikuti air yang mengalir, bingung untuk apa dirimu diciptakan, hingga2 kau mengeluarkan pernyataan “jika mati itu hanya sementara dan tidak menyakitkan kemudian kita bisa bangun kembali, aku mungkin memilih mati, membunuh diriku sendiri”. Atau “jika bunuh diri itu tidak berdosa, mungkin aku sudah dari dulu bergelar almarhumah”. Apa kau masih ingat itu??

Namun kau tidak sadar, ketika dirimu tidur siang, malam, saudara-saudara seimanmu yang jauh dari kata “nyaman” –seperti yang kau rasakan sekarang –sedang berjuang bertahan hidup atau sedang mendekati “jurang” kenistaan. Atau bahkan kau tahu itu, namun kau berusaha menutup mata, telinga, bahkan hatimu, diam dan tidak peduli apa yang terjadi dengan mereka. Namun, apakah kau tahu, sebenarnya dirimulah yang patut dikasihani, jiwa yang kering kerontang itu memerlukan “air” untuk tetap bertahan hidup. Tidak dapat diindahkan bahwa kaupun tidak akan tenang dengan segala ketenangan yang kau miliki ketika kau tahu mereka meronta meminta agar dirimu membebaskan mereka.

Dan begitu kau mengetahui hal itu kemudian bergerak, yang kau lakukan tidak hanya asal bergerak. Kau perlu mengetahui d’rule of “game” agar tidak terombang ambing bahkan tenggelam oleh keadaan. Begitu juga pribadimu. Pribadimu itu pun perlu penyejuk agar tetap bertahan dan semakin dekat dengan D’rule Maker. Karena Dia-lah Sang Penentu setiap apa2 yang telah kita usahakan. Yakinlah bahwa Dianya akan menolongmu. Dan jangan lupa pula be 100% ketika mengusahakan segala pekerjaan.”Akiramenai”

11.30 am 16 feb 2011, dihari yang semakin cerah, ditemani Channel NHK world ~your eye on Asia~

kita pun nanti sperti itu ....


Aah .... sebenarnya udah lama mo nulis ini ...
Tapi yah, kemauan itu belum ada ...
Hmmm
Maka dari itu, sekarang saia M.A.U (bukan M.U.A ya, hhoho) menuliskannya disini n membagikannya dengan sodara-sodara sekalian ...

Inspirasi ini saia dapatkan ketika baru-baru ini & dalam waktu yang cukup lama bersama mereka yang telah membesarkan saia (hontou ni arigatou gozaimashita okaa-san, otoo-san)...

sodaraku...,
kau pasti yakin bahwa Allah itu slalu melihatmu, slalu mengawasimu, bahkan selalu menunjukimu kepada jalur yang seharusnya kau tempuh, itu pasti, karena DIA menyayangimu.
Berkali-kali kita ditegur dengan berbagai cara, hanya satu yang Dia pinta,
kembali ke jalan-Nya.

Tabrakan, sakit yang tak kunjung sembuh, masalah yang bertubi-tubi, bencana alam,
dan lain sebagainya, itulah segelintir cara agar kita kembali padaNya, memohon kepadaNya, karena Dianya memang Sang Penentu kehidupan kita.

Sodaraku ...
apakah kau tahu, teguranNya pun sebenarnya berada sangat dekat dengan kita...

Sodaraku...,
Liatlah sekelilingmu, salah satunya ada dia yang menunggumu dengan setia di rumah, dan tak jarang slalu menuruti apa apa yang jadi keinginanmu,
Ketika kecil, kamu ingin mainan, dia akan membelikanmu kalo dia punya uang,
Kamu pengen jajan, dikasi olehnya uang, meski seadanya,
Kamu pengen beli buku, juga dibelikan,
Begitu juga ketika kamu pengen kuliah, supaya kegiatanmu lancar, dia rela banting tulang nyari uang buat ngbiayain kuliahmu, dia juga rela kemana-mana ga pake motor, karena kamu yang pake motornya ...

Hei sodaraku ...
Sayangnya itu hanya sedikit dari beribu2 pengorbanan yang telah dilakukannya,
Tapi, apakah kau juga menyadari, kau pun lambat laun akan seperti mereka,
Kulit yang tak lagi kencang,
Tubuh yang tak bisa lagi berdiri tegap,
Kaki yang tak mampu lagi berjalan jauh bahkan tidak mampu berdiri,
Mata yang tak lagi setajam dulu,
Bahkan untuk mendirikan shalat, berpuasa, dan ibadah lain sebagainya mereka bisa saja sudah kewalahan, sehingga yang mereka lakukan tidak bisa semaksimal dulu lagi,

Sodaraku ...
Apa kau lihat itu??
Apa kau masih mau membuang waktu,
Menyia-nyiakan tubuh bugarmu,
Bahkan membuang waktu untuk suatu kemaksiatan

Ah...
Sombong,
Kau dan aku itu sombong, kau tahu itu??
Menganggap seolah2 akan hidup abadi, bahkan awet muda,
“mumpung masih muda” , pasti itu yang selalu kau atau mungkin aku ucapkan ketika mereka menegur kita yang menghambur2kan waktu..,

Tapi apa kau tahu??
Mumpung masih muda inilah seharusnya maksimalkan ibadahmu, pekerjaanmu, pendidikanmu,
Karena kau tak tahu, apa yang akan menimpamu ketika kau sudah berumur nanti,
Ah sombong kau! Yakin kau akan melalui yang namanya masa tua??
Jangan2 sebelum masa itu kau sudah kembali keharibaanNya ...

Dan jangan bingung, jika mereka juga sering meminta pertolonganmu,
Apapun itu ...,
Karena kemampuan mereka untuk melakukannya sudah berkurang,
Atau mungkin sudah tidak ada lagi,
Dan apa kau tahu, jika umurmu nanti seperti mereka, kaupun akan merasakannya ...